Menyadari Pengeluaran Yang Tidak Wajib

Selasa, Februari 24, 2009

Saya pernah bertemu sepasang suami-istri yang berada pada masa-masa awal perkawinannya. Namanya, sebut saja Yanto dan Lilis. Mereka berdua datang kepada saya sekitar Juni 2000, di mana keduanya berusia sekitar 29 tahun. Belum punya anak, karena mereka berdua masih ingin menundanya sampai sekitar dua-tiga tahun lagi.

Mereka datang kepada saya dengan membawa masalah. Keduanya sama-sama bekerja, dengan penghasilan total sekitar Rp 2 juta per bulan. Total keduanya. Tapi pengeluaran mereka per bulan sekitar Rp 2 juta sampai 2,3 juta. Ini berarti, mereka terkadang juga mengalami defisit, dan defisit itu selalu diambil dari tabungan mereka, sehingga kalau dibiarkan terus, tabungan mereka akan terus menyusut sampai akhirnya habis sama sekali.

Sementara dari pengeluaran tadi tak ada sedikit pun yang ditabungkan. Karena itu, mereka datang kepada saya dengan harapan bahwa saya bisa memecahkan masalah mereka, sehingga tabungan mereka tidak akan habis hanya untuk menutupi defisit bulanan.

Saya menyebut ini sebagai Konsultasi Anggaran. Kami duduk bertiga di sebuah meja bundar, dan saya mulai mengamati catatan pemasukan dan pengeluarannya. Saya menyadari bahwa pada umur-umur seperti ini di mana keadaan keuangan mereka belum baik, mereka harus melakukan sejumlah penekanan pada pengeluaran mereka.

"Kita harus menekan pengeluaran-pengeluaran ini." Kata saya sambil menunjuk pada kertas yang berisi pengeluaran-pengeluaran mereka.

"Ya... kami setuju," kata Yanto. Ia menoleh pada Lilis istrinya. "Kami memang harus menekan pengeluaran-pengeluaran kami. Makanya kita datang kepada Anda, Pak Safir."

Saya melihat pada catatan pengeluaran mereka. Di situ ada 25 pos pengeluaran yang mereka lakukan tiap bulan, hanya untuk biaya hidup saja. Di luar cicilan hutang dan premi asuransi.

Saya mulai menunjuk pada salah satu pos pengeluaran.

"Coret ini..." kata saya. Iuran langganan teve kabel, Rp 145 ribu sebulan.

Lilis membelalakkan matanya. "Lo, nanti kita enggak nonton apa-apa dong..."

Saya mendekatkan kepala saya. "Ada lima stasiun teve Indonesia yang bisa Anda tonton Mbak Lilis," kata saya sambil menyebutkan kelima stasiun yang pasti sudah Anda tahu juga. "Anda masih bisa tetap nonton teve meskipun Anda tidak berlangganan lagi teve kabel." Apalagi jumlah stasiun teve juga masih akan terus bertambah.

Konsultasi anggaran memang tidak selalu disukai oleh klien saya. Ini karena kadang-kadang mereka harus menekan pengeluaran-pengeluaran bulanan yang mungkin "berat" untuk ditekan. Tapi untuk menekan defisit mereka, memang harus ada yang dikorbankan.

Lilis masih kelihatan keberatan. Saya menatapnya lekat-lekat. "Anda masih mau defisit atau tidak?"

Lilis tidak bisa menjawab apa-apa. Ia hanya menoleh pada suaminya seperti meminta "pertolongan" dan berharap suaminya ikut bicara. Tapi Yanto hanya merangkul Lilis dan tersenyum kecil sambil berkata pelan, "Enggak apa apa..." Dia bisa mengerti bahwa memang itulah pengorbanan yang harus mereka lakukan untuk sementara.

Saya berkata lagi, "TV kabel itu enggak wajib. Anda berdua mungkin tahu tapi tidak menyadarinya. Malah -- maaf kalau saya harus terus terang -- kebanyakan pengeluaran-pengeluaran kita sebagai manusia sebetulnya enggak perlu dan enggak wajib."

"O ya?" Yanto terheran. Ia menoleh ke kertas catatan pengeluarannya.

"Ya," kata saya. "Lihat ini..." saya mulai menunjuk.

"Keanggotaan fitness. Enggak wajib!"

Saya menunjuk lagi ke pos di bawahnya. "Hiburan, enggak wajib..."

Sebelum saya meneruskan, Lilis memotong, "Lo, bagaimana kita bisa hidup kalau itu semua harus dihilangkan?"

"Saya tidak mengatakan bahwa Anda harus menghilangkan semua pengeluaran yang tidak wajib ini. Yang saya maksud, ada pos-pos yang memang wajib Anda bayar, dan jumlah yang harus Anda bayar memang sudah wajib sebesar itu. Tapi ada pos-pos lain yang memang sifatnya tidak wajib, di mana pada pos-pos ini Anda leluasa untuk menekan jumlah pengeluaran Anda. Tidak perlu dihilangkan kalau memang Anda tidak mau."

Mereka kelihatan mulai mengerti. Malah sebetulnya, Anda - pembaca - boleh percaya boleh tidak, bahwa banyak sekali pengeluaran-pengeluaran yang kita lakukan sebetulnya sifatnya tidak wajib, sehingga Anda bisa leluasa menekan jumlah pengeluarannya. Sebut saja: Fitness? Rekreasi? Nonton? Semua itu tidak wajib. Paling tidak dari sekali seminggu, bisa Anda kurangi menjadi sekali dalam dua minggu atau sekali sebulan.

Telepon? Enggak wajib. Kurangi bicara yang tidak perlu di telepon. Selain menghabiskan energi, juga menghabiskan biaya.

Makanan? Enggak wajib. Ada banyak bahan makanan yang sebaiknya Anda beli, tapi ada juga bahan makanan yang bisa Anda belakangkan prioritasnya. Biskuit misalnya.

Baju? Enggak wajib. Baju memang penting, tapi Anda mungkin bisa menekan jumlah rupiah yang Anda keluarkan untuk baju kalau memang pengeluaran Anda untuk baju terasa besar. Kalau biasanya beli baju baru sebulan sekali, sekarang coba dijadikan dua bulan sekali.

Mudah-mudahan Anda mengerti maksud saya bahwa hampir semua pengeluaran yang Anda lakukan sifatnya adalah tidak wajib. Sekali lagi, tidak wajib di sini adalah bahwa jumlah uang yang Anda keluarkan sebetulnya tidak harus sebesar sekarang. Anda bisa menekannya kalau Anda mau, terutama apabila Anda selalu mengalami defisit setiap bulan. Anda bisa kalau Anda mau.

Jangan merasa tertekan atau terjebak dengan tulisan saya kali ini. Di lain pihak, memang ada banyak pengeluaran dalam hidup Anda yang tidak bisa Anda ubah dengan mudah atau dengan cepat. Sebagai contoh, kalau Anda membeli kendaraan seperti mobil atau motor, Anda pasti akan dengan rutin mengeluarkan biaya untuk perawatannya, di mana jumlahnya tidak selalu bisa Anda tekan.

Anda bisa mengendalikan pengeluaran-pengeluaran yang tidak wajib itu kalau Anda mau. Hanya saja Anda mungkin belum menyadarinya karena Anda sudah terlalu lama mengeluarkan jumlah uang yang sama untuk membayar pengeluaran-pengeluaran tersebut.

Prinsipnya, bila pengeluaran Anda setiap bulannya selalu lebih besar daripada pemasukan Anda (defisit), hal itu biasanya terjadi bukan karena kecilnya penghasilan Anda, tapi karena sikap Anda sendiri. Dan sikap itulah yang harus berubah terlebih dahulu kalau Anda ingin menghilangkan defisit Anda setiap bulan.

Kalau sikap Anda tidak berubah, maka seberapa pun besarnya penghasilan Anda nantinya, Anda tetap saja akan mengalami defisit. Sampai kapan pun. (ss)


bisnis sederhana



Blog Loecky | Ayo Menabung (http://www.loecky.co.cc) merupakan blog yang berisi tentang informasi keuangan, panduan menabung, tabungan, investasi, renungan, yang berhubungan dengan keuangan seperti uang, emas, dinar, asuransi, bisnis, bisnis online, iklan, bisnis internet, formula bisnis, SMUO, sistem mesin uang otomatis, ayo menabung, klik saya, tipe menabung, hosting di 000webhost, perhitungan bunga harian, mulai dagang kliksaya, renungan untuk seorang anak, memperoleh penghasilan dari artikel, memilih lump sum atau pembayaran periodik, artikel, traffic blog, perencanaan keuangan, investasi, kiat investasi, produk investasi, panduan menabung, mengatur uang, rekening, bisnis, mengelola gaji, menekan biaya, bisnis internet, bisnis online, pasang iklan, trik adsense, hosting, adsense, proses hidup, investasi emas, investasi dinar, memilih asuransi, dan semua hal yang bermanfaat untuk masa depan kita. Bookmark blog saya atau Baca lewat email


Artikel Terkait



2 Komentar:

BJ Koch mengatakan...

Point paling penting dari money management, menambah pemasukan dan menekan pengeluaran yang tidak perlu. Mampu membedakan aset dan liabilitas. Ok, good sharing bro.

Unknown mengatakan...

Saya Achmad Halima Saya ingin menyaksikan karya bagus ALLAH dalam hidup saya untuk orang-orang saya yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara di seluruh dunia.
 Saat ini saya tinggal di Indonesia. Saya seorang Janda dengan empat anak dan saya terjebak dalam situasi keuangan pada MARET 2017 dan saya perlu membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
Saya adalah korban penipuan pemberi kredit 3-kredit, saya kehilangan begitu banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang yang saya berutang, saya dibebaskan dari penjara dan saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan mengenai situasi saya dan kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dapat diandalkan.
Bagi orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman di internet penipuan di sini, tapi mereka masih sangat nyata di perusahaan pinjaman palsu.
 Saya mendapat pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar Rp900.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam setelah saya melamar, jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus ALLAH melalui ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya saran jika anda membutuhkan pinjaman silahkan hubungi ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM. hubungi mereka melalui email:. (alexanderrobertloan@gmail.com)
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email saya di (achmadhalima@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau menginginkan prosedur untuk mendapatkan pinjaman.

Posting Komentar

 
 
 

Arsip Blog

About Me

Celotehan Awal

Blog ini berisi catatan-catatan saya selaku manusia biasa yang melihat alam sekitar, tingkah laku manusia, semua hal-hal yang lagi trend di jaman saya.

Kalau anak cucu saya melihat ini, sungguh akan menjadi suatu pengalaman yang unik: "ini terjadi di jaman saya, di jaman kamu bagaimana..apa masih sama?"

Konten lama/ old school dari blog ini kebanyakan berisi tips-tips keuangan yang dulu pernah saya kumpulkan, semoga masih relevan di jaman pembaca sekarang ini.

Maafkan jika Blog saya sifatnya satu arah, karena saya lumayan sibuk :), mudah2an kalo ada waktu akan saya balas komen yang ada satu per satu. Jika ada posting yang kurang berkenan mohon dimaafkan ya